“Trus gimana dong Mbak kalau aku cuma punya waktu malem buat foto-foto?” tanya salah seorang peserta. Kata Mbak Ariana, solusinya bisa dibantu pakai lampu sorot. Versi murahnya bisa pakai lampu belajar (cahayanya yang putih, jangan kuning) yang menyorot dari kanan dan kiri objek. Biasanya cahaya langsung dari lampu terlalu keras atau terlalu terang, untuk menguranginya bisa ditutup dengan selembar tissue sehingga berfungis sebagai diffuser.
Di sesi ini saya juga sempat bertanya, karena entah bagaimana lensa kamera ponsel yang saya gunakan saat ini jika bertemu objek putih, pasti akan objeknya akan berpendar. Rupanya masalah tersebut harus disiasati dengan blocker.
Angle Foto
- BEV (Bird Eye View)
Angle ini juga dikenal dengan nama Flat Lay. Posisi lensa tegak di atas objek. Angle ini yang memang lagi naik daun belakangan ini. Kata Mbak Ariana angle ini paling sering digunakan agar foto kita ‘bercerita’. - Eye Level
Yakni posisi lensa tegak lurus di depan objek. Angle ini digunakan untuk mengambil foto yang membutuhkan tampak depan dan posisinya tegak berdiri, atau tegantung. Misalnya foto botol. - 45º derajat
Yakni posisi lensa dan objek membentuk sudut sekitar 45 derajat. Angle ini digunakan untuk menampilkan struktur dimensi objek, misalnya untuk foto burger, sehingga lapisan maupun bagian atasnya ter-ekspose.
Karena kemampuan lensa kamera ponsel lebih terbatas di banding dengan kamera DSLR, bukan hal yang haram kok main editing foto untuk mengatur tone foto. Pada umumnya lensa kamera ponsel, hasil foto yang dihasilkan tone warnanya sedikit lebih gelap dibanding aslinya. Jadi boleh diedit dikit, tapi ingat jangan berlebihan.Mbak Ariana selama ini mengandalkan Snapsheed Apps buat mendadani foto-fotonya. Saya yang awal mulanya kadung jatuh cinta sama Pixlr, tapi setelah lihat di sesi Praktek, widih saya mulai naksir sama aplikasi itu. Ya, masing-masing aplikasi punya kelebihan dan kekurangannya. Mungkin di lain postingan akan saya bahas tersendiri deh tentang dua aplikasi ini.
By the way, selama acara saya cukup fokus mengikuti acaranya, dan atas nama menghemat baterai, saya justru nggak banyak foto-foto. Begitu juga pas latihan foto, nggak banyak ambil foto hehe secara antriannya panjaaaang.
Seru banget pokoknya. Minimalnya kebingungan saya soal reflektor, bloker, dan diffuser terjawab, karena kalau cuman baca aja nggak kebayang eksekusinya. So happy, memutuskan untuk datang, apalagi saya berhasil bawa pulang doorprize alas foto kayu. Yeaay! Ini alas foto ‘serius’ pertama saya, setelah sebelumnya cuma ngandelin meja, lantai, kerudung, bahkan selimut.
Kalau ada lagi, mau dong diajak..
Siapp!
Aku pengen ikutan pelatihan fotografi menggunakan ponsel.
Udah penasaran banget. Tapi belum ada kesempatan 😥 Tanggalnya selalu bentrok
Hehe, iya seru banget lo. Memaksimalkan yang ada
Waaah, alas foto kayu nya versi siapa mbak? Kereeen 😍
Waduh versi siapa ya? Nggak ngeh saya. Alas foto dari balok kayu beneran Mbak Titin, yg disusun-susun gitu